Kamis, 23 Juni 2022

MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_

 _*MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_


Assalamualaikum warahmatullahi wa Baroqatuh.


Saudaraku...sebenarnya antara MUSYAHADAH dan MUKASYAFAH adalah dua Maqom keadaan yang tidak dapat di pisahkan atau dalam artian saling berkaitan. 

Karena bagaimana mungkin seseorang itu dapat ber MUSYAHADAH ( penyaksian ) jika tak terjadi MUKASYAFAH ( tersingkap tabir )


Dan bagaimana mungkin dapat terjadi MUKASYAFAH (tersingkap tabir )  jika tidak adanya MUSYAHADAH ( penyaksian )


1 MUKASYAFAH berasal dari kata kasf/ fakasyafna ( terbuka tirai )yaitu tersingkapnya tirai / penghalang yang telah menghalangi seorang hamba dengan Tuhan NYA. 

Tersingkapnya tabir penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an :


 فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ

Artinya :

maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam.

(Surat Qaf ayat 22 )


Menurut Istilah Tasawuf disebutkan bahwa kasyf adalah tersingkapnya tabir yang menghalangi hati seorang hamba, karena telah bersinarnya Cahaya Ilahi di dalamnya ketika hati itu telah dibersihkan. Lalu tampaklah di hati pengertian-pengertian menyeluruh sebagai hasil dari ma’rifah Allah (pengenalan kepada Allah)


Kasyf dalam pandangan Imam Al-Ghazali disebut sebagai fana’ fittauhid. 

Dengan demikian, fana‘ dalam pemahaman Imam Al Ghazali adalah kefanaan qalb, yaitu hilangnya kesadaran qalbu tentang dirinya karena tersingkapnya hakikat-realitas, sehingga yang tinggal dalam kesadaran hanya yang Esa.


Imam Al-Ghazali kemudian mengatakan, bahwa hati itu mempunyai dua pintu. Satu pintu terbuka ke arah alam malakut dalam (alam ghaib), yaitu Lauhul Mahfudz dan alam kemalaikatan (alam ruhani).


Adapun pintu yang lain terbuka ke arah panca indra yang berkaitan dengan alam dunia (fisik) yang merupakan cerminan (pantulan) apa yang ada di alam kemalaikatan (Lauhul Mahfudz).


Pintu yang terbuka ke arah alam ghaib dan Lauhul Mahfudz adalah seperti hal yang keajaiban mimpi yang benar secara yakin, sehingga hati bisa menghayati ditengah tidur akan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari atau kejadian-kejadian ujian pada masa lalu tanpa perantaraan tanggapan inderawi.


Dari uraian diatas, bahwa Imam Al-Ghazali mencoba menjelaskan hubungan antara ilmu mukasyafah yang biasa juga disebut dengan Ilmu Laduni dengan ilmu ta’limiyah, yaitu laksana hubungan naskah asli dengan duplikatnya.


Imam Al Ghazali mengklasifikasikan pengetahuan pada tiga tingkatan sesuai dengan dasar pengetahuan dan metode yang digunakan.


Pengetahuan awam diperoleh melalui jalan meniru atau taqlid. Sedangkan pengetahuan para mutakallimin diperoleh melalui pembuktian rasional. Kualitas peringkat pertama dan kedua ini hampir sama, sedangkan peringkat ketiga adalah yang tertinggi kualitasnya, yaitu pengetahuan para sufi yang diperoleh melalui metode penyaksian langsung dengan radar pendeteksi qalb yang bening.


Dalam perkembangan ilmu Tasawuf, para sufi membagi kasyf pada dua tingkatan, yakni kasyf aqly dan kasyf bashary.


Kasyf ‘Aqly

Kasyf aqly adalah penyingkapan melalui akal. Ini merupakan tingkatan pengetahuan intuitif paling rendah. Allah tidak bisa diketahui dan dicintai melalui akal, karena akal membelenggu dan menghalangi manusia dalam tahap tahap akhir taraqqi-nya.( Pendakiannya )


Kasyf Bashary

Adapun Kasyf Bashary adalah penyingkapan visual yang terjadi melalui penciptaan yang langsung dilakukan Allah.

Dan dalam suatu peristiwa, tempat, tindakan, atau ucapan bagi seorang sufi bisa menjadi tempat bagi peningkatan visual ini.


Allah adalah Yang Maha Mutlak. Dia adalah Keindahan dan Keagungan. 

Melalui makhluk-Nya, Allah bisa mengungkapkan diri-Nya pada hamba-Nya lewat salah satu Nama Keindahan-Nya yang akan menimbulkan kemanisan dan kesenangan atau lewat salah satu Nama Keagungan-Nya yang akan melahirkan ketakziman dan ketakutan.


Begitulah kasyf, kondisi dimana hati seseorang bersih-bening, sehingga dengannya bisa melihat dan menyaksikan apa yang selama ini terhijab oleh dosa dan materi keduniaan. 


2 MUSYAHADAH,

MUSYAHADAH adalah penyaksian atas ketersingkapan hijab yang nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, serta tak ada lagi imajinasi maupun keraguan sedikitpun. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan dan tersingkapnya Wujud."


Di dalam Al Qur'anul Karim disebutkan tentang MUSYAHADAH/penyaksian seperti Ayat di bawah ini :

Surat Al-Baqarah Ayat 115


وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya :

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui

( Surat Al-Baqarah Ayat 115 )


Juga Allah berfirman didalam Al Quran Surat Al-An’am Ayat 79


 إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ 

Artinya :

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

(QS Surat Al-An’am Ayat 79 )


Syekh Ibnu Athaillah menggambarkan secara bijak dalam definisi musyahadah yaitu :

"Alam semesta ini gelap, dan sebenarnya menjadi terang karena dicahayai Allah di dalamnya. Karena itu siapa yang melihat semesta, namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, atau di sisinya, atau sebelum dan sesudahnya, benar-benar ia telah dikaburkan dari wujud Cahaya, dan tertutup dari matahari ma'rifat oleh mendung-mendung duniawi semesta."


Musyahadah yaitu dapat diartikan dengan  Menyaksikan Allah.

Sebenarnya dalam mukasyafah, yaitu tiada yang menghalangi diri hamba dengan Allah itu , Namun yang menghalangi adalah prasangka hamba itu sendiri karena dia berprasangka adanya sesuatu selain Allah.

 Allah sesungguhnya tidak bisa dihijabi oleh apa pun. Karena jika ada hijab yang bisa menutupi Allah, berarti hijab itu lebih besar dan lebih hebat dibanding Allah.


Dalam hal ini syekh Ibnu Atoillah menyatakan :


Bagaimana Allah dapat di hijab oleh sesuatu ,

Sedangkan Allah itu lebih nyata dari segala sesuatu.


Bagaimana Allah itu dapat di hijab oleh sesuatu , sedangkan Allah yang menjadikan segala sesuatu.


Dan Bagaimana Allah dapat di hijab oleh sesuatu , sedangkan jika tidak ada Allah , maka tidak ada sesuatu.


Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kedekatan atau taqarrub sampai-sampai seakan-akan melihatNya, adalah akibat dari kesadaran kuat bahwa "Dialah yang melihat kita." Kesadaran jiwa bahwa Allah SWT melihat kita terus menerus, menimbulkanpantulan pada diri kita, yang membukakan matahati kita dan sirr kita untuk memandangNya.


Allah berfirman didalam Al Qur'an 


 إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ 

Artinya :

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. gak

(QS Surat Al-An’am Ayat 79 )


Kesadaran MUSYAHADAH ( menyaksikan ) dan Memandang Allah, akan mengekspresikan sebuah pengalaman demi pengalaman yang berbeda-beda antar para Sufi, sesuai dengan tingkat Maqom ruhaniyah (kondisi ruhani) masing-masing.

 Ada yang menyadari dalam pandangan tingkat Asma Allah, ada pula yang  sampai ke Sifat Allah, bahkan ada yang sampai ke Dzat Allah. Lalu kemudian turun kembali melihat Sifat-sifatNya, kemudian Asma'-asmaNya, lalu melihat alam semesta dan  makhlukNya.


Untuk menyikapi dalam hal MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH ini sepertinya kita perlu mengoreksi diri kita sendiri lewat perkataan Abu Yazid al-Busthomy, yaitu 

"Apa pun yang engkau bayangkan tentang Allah, Dia bertempat, berwarna, berpenjuru,  bergerak, diam, itu semua pasti bukan Allah. Karena sifat-sifat tersebut adalah sifat makhluk." 


Kontemplasi ( pengosongan diri ) tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid yang Kamil Mukammil hanya akan menggapai jalan yang buntu saja meskipun dalam praktek Muroqobah, Musyahadah maupun Ma'rifah.

Jadi agar tidak menjadi ke sia sia an maka sebaiknya untuk mencapai MUSYAHADAH maka haruslah dalam bimbingan seorang Mursyid yang Kamil lagi mukamil.


Bagi mereka yang dicahayai oleh Allah maka 

"Telah terpancar cahayanya dan jelaslah kegembiraanya, lalu ia pejamkan matanya dari dunia dan berpaling darinya, sama sekali dunia bukan tempat tinggal dan bukan tempat ketentraman. Namun ia jiwanya bangkit di dalam dunia itu, semata menuju Allah Ta'ala, berjalan di dalamnya sembari memohon pertolongan dari Allah untuk datang kepada Allah.


Hamparan tekadnya tak pernah terhenti, dan selamanya berjalan, sampai lunglai di hadapan Hadratul Quds dan hamparan kemeseraan denganNya, sebagai tempat Mufatahah, Muwajahah, Mujalasah, Muhadatsah, Musyahadah, dan Muthala'ah."


Ibnu Athaillah menyebutkan enam hal dalam soal hubungan hamba dengan Allah di hadapan Allah, yang harus dimaknai dengan rasa terdalam, untuk memahami dan membedakan satu dengan yang lain. 


MUFATAHAH : artinya, permulaan hamba menghadapNya di hamparan remuk redam dirinya dan munajat, lalu Allah membukakan tirai hakikat Asma, Sifat dan keagungan DzatNya, agar hamba luruh di sana dan lupa dari segala yang ada bersamaNya.


MUWAJAHAH : artinya saling berhadapan, adalah sikap menghadapnya hamba pada Tuhannya tanpa sedikit dan sejenak pun berpaling dariNya, tanpa alpa dari mengingatNya. Allah menemui dengan CahayaNya dan hamba menghadapnya dengan Sirrnya, hingga sama sekali tidak ada peluang untuk

melihat selainNya, dan tidak menyaksikan kecuali hanya Dia.


MUJALASAH : artinya menetap dalam majlisNya dengan tetap teguh terus berdzikir tanpa alpa, patuh tunduk tanpa lalai, beradab penuh tanpa tergoda, dan hamba memuliakanNya seperti penghormatan cinta dan kemesraan agung, lalu disanalah Allah swt berfirman dalam hadits Qudsi, "Akulah berada dalam majlis yang berdzikir padaKu."


MUHADASAH : Artinya dialog, yaitu menempatkan sirr (rahasia bathin) dengan mengingatNya dan menghadapNya dengan hal-hal yang ditampakkan Allah pada sirr itu, hingga cahayaNya meluas dan rahasia-rahasiaNya bertumpuan. Inilah yangdisabdakan Nabi saw, "Pada ummat-ummat terdahulu ada kalangan disebut sebagai kalangan yang berdialog dengan Allah, dan pada ummatku pun ada, maka Umar diantaranya."


MUSYAHADAH, adalah ketersingkapan yang nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan dan tersingkapnya Wujud."


MUTHALA'AH, : Adalah keselarasan dengan Tauhid dalam setiap kepatuhan, keta'atan dan bathin, semuanya kembali pada hakikat tanpa adanya kontemplasi atau analisa, dan setiap yang tampak senantiasa muncul rahasiaNya karena keparipurnaanNya.


Demikianlah keterangan tentang keadaan maqom MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH semoga dapat menjadi perbendaharaan ilmu dan pemahaman bagi kita semua.


Wallahu alam bissowab.

Ruhani

 ياسيدي يارسول الله ....

ياسيدي ياايّهاالغوث ...


"PENGALAMAN ROHANI"


"KANJENG ROMO YAHI RA BERADA DIANTARA KOBARAN API" ( Sumiyati )


Sejak dulu, kisah-kisah tentang karomah para wali sdh masyhur terdengar, sampai saat ini pun, kisah-kisah semacam itu jg masih tetap ada.karena wali Alloh akan tetap selalu sepanjang masa, yg dipimpin oleh Shultonul Auliya' atau disebut jg Al-Ghouts.pengamal wahidiyah yg tlh bnyk membuktikannya, diantara salah satunya sbg mana yg telah dialami oleh Bpk.Abdullah betan ini.


Abdullah Betan adlah seorang pengamal Wahidiyah dri Kab.Kotabaru, KALSEL.Pria asal Nusa tenggara Timur ini mengenal sholawat wahidiyah sejak thn 2010,menjelang mujahadah kubro Rojab dari Bpk Muhaimin,ketua PW kab.kotabaru.


sebuah peristiwa yg luar biasa ia alami pd 8 maret 2014 lalu.kala itu sbg mana biasanya, setiap sore ia dn istrinya pergi berbelanja untuk memenuhi keperluan warung makannya.Mereka berbelanja dipasar Geronggang yg terletak di Kec.Kelumpang Tengah, Kab.Kotabaru, Kalsel.pasar ini berjarak kurang lebih 3 km dri rumahnya yg berada didesa sungai karuh dikecamatan yg sama.ketika sdg berbelanja, tiba2 HP-nya berdering, trnyata panggilan itu dri tetangganya, yg mmbawa berita mengejutkan.


"PAK....CEPET PULANG MESS DISAMPING RUMAH TERBAKAR, BAPAK HARUS CEPAT PULANG!!!.."


Demikian suara panik terdengar dri HP.tentu saja pak Abdullah sgt terkejut mndengar kabar trsbut.sesampainya dirumah, ia melihat kobaran api yg sgt besar, yg tlh menelan bnyk rumah.perlu diketahui, rata2 rumah di kalsel trbuat dri material kayu.demikian pula rumah pak Abdullah betan.ditambah lagi dgn letak rumah yg saling berhimpitan satu sama lain, tak heran api dgn begitu mudah menjalar.


tak ada yg bisa dilakukannya saat itu, spontan yg ia ingat adalah Kanjeng Romo Yahi RA.(Pengasuh perjuangan Wahidiyah).ia pun hanya bisa memanggil-manggil Beliau sambil menangis dan menjerit.


"KANJENG ROMO.....KANJENG ROMO....KANJENG ROMO...YAA SAYYIDII...YAA ROSULALLOOH..."


Demikian diulang-ulanginya berkali-kali.begitu kerasnya panggilan dan nida' tersebut, tetangga yg berdiri disampingnya pun bertanya:


"PAK SAMPEAN ITU MEMANGGIL MANGGIL SIAPA,DAN MEMBACA MANTRA APA?..."


"AKU MEMANGGIL GURUKU DAN ROSULULLOH SAW, UNTUK MOHON PERTOLONGAN, "

(Jawab Pak Abdullah dgn terisak-isak krn masih dlm kondisi menangis).


Tiba-tiba ditengah-tengah kepanikan dan kegaduhan warga yg berusaha menyelamatkan harta bendanya, sebagian warga menyaksikan diatas atap rumah Pak Abdullah betan ada seorang yg berjubah hitam berdiri sambil melambai lambaikan tangannya untuk memadamkan api.lambaian tangan trsbut membuat api bergerak tegak keatas, tdk lagi bergerak kekanan atau kekiri, dan kobarannya pun berhenti.


Yang membuat warga heran, setelah api padam, ternyata rumah pak Abdullah betan tak tersentuh oleh api.kabar tdk terbakarnya rumah pak Abdullah ini membuat beberapa warga ingin membuktikan dgn langsung mendatangi rumahnya.salah seorang dri mereka yg bernama Andi bertanya:


"PAK, SIAPA YG BERDIRI DIATAS RUMAH SAMPEAN TADI, YG MENGHENTIKAN KOBARAN API?".


Sebelum pak abdullah betan mnjwab, warga yg bertanya takjub melihat foto yg terpampang dikalender Yayasan Perjuangan Wahidiyah yg terpasang diwarung makan.


"PAK INI GAMBAR ORANG YANG BERDIRI DIATAS RUMAH SAMPEYAN DAN YG MEMADAMKAN API".


Pengalaman Rohani pak abdullah betan membuktikan:


"BAHWA DIMANAPUN BERADA, GHOUTSU HADZA ZAMAN RA AKAN SELALU MENOLONG MURID-MURIDNYA, BAHKAN AKAN MENOLONG DAN MENDOAKAN MESKI TANPA DIMINTA."


(Aham edisi 121).


ياسيدي يارسول الله ...

ياسيدي ياايّهاالغوث ...

علّمني ...وربّني ...

Keutamaan Ilmu Dan Ulama Serta Keutamaan Proses Belajar Dan Mengajar

 Keutamaan Ilmu Dan Ulama Serta Keutamaan Proses Belajar Dan Mengajar


Allah berfirman:


يرفع الله الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات


“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara engkau dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ (Q.S. Al-Mujadalah : 11).


Artinya Allah akan mengangkat derajat para ‘ulama (orang yang ahli dalam bidang keilmuan), sebab mereka sanggup memadukanantara ilmu pengetahuan dan pengamalannya


Ibnu Abbas telah berkata ra.: “Derajat ulama’ itu jauh diatas orang mukmin dengan selisih tujuh ratus derajat, sedangkan jarak antara dua derajat kira-kira perjalanan lima ratus tahun”.


Allah berfirman:


شهد الله أنه لا إله إلا هو و الملائكة وأولو العلم …الاية


Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memulai firmannya dengan menyebutDzatnya sendiri, kedua kalinya menyebut malaikat dan ketiga kalinya menyebutorang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.


Cukuplah bagimu berpegang teguh pada ketiga hal ini untuk memperoleh untuk memperoleh kemulyaan, keutamaan dan keagungan.


Allah berfirman:


إنما يخشى الله من عباده العلماء


“ sesungguhnya dari hamba-hamba Allah yang takut kepada Allah adalah para ‘ulama”.(Q. S. Al-Fathir : 28)


Dan Allah juga berfirman:


- إن الذبن أمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية


- جزاؤهم عند ربهم جنات عدن تجري من تحتهاالانهار خالدين فيها أبدا رضي الله عنهم ورضوا عنه ذالك لمن خشي ربه


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluq“.


“Balasan mereka disisi Tuhan mereka adalah surga and yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhanya” ( Q.S. Al Bayyinah:7-8 ).


Dua ayat diatas menetapkan bahwa para ulama’ adalah orang-orang merasa takut kepada Allah.Orang yang merasa takut kepada Allah adalah termasuk sebaik-baik makhluq. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluq.


Rasulullah bersabda:


من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين


“Barang siapa yang dikehendaki baik oileh Allah , maka allahakan memberikan kefahaman terhadap ilmu fiqh” .


Rasulullah juga bersabda:


ألعلماء ورثة الأنبياء , وحسبك بهذه الدرجات مجدا وفخرا وبهذه الرتبة شرفا وذكرا, وإذا كان لا رتبة فوق النبوة فلا شرف فوق شرف الوراثة لتلك الرتبة


”‘Ulama’ adalah pewaris para Nabi, cukuplah bagimu dengan derajat ini untuk memperoleh sebuah keagunaan dan kebanggaan diri.Dan (cukuplah bagimu) dengan tingkatan ini untuk memperoleh kemuliaan dan panggilan yang agung. Ketika sudah tidak ada lagi tingkatan di atas tingkat kenabian, maka tidak ada satupun kemuliaan yang melebihi kemuliaan warisantingkatan tersebu”t.


Ujung dari sebuah ilmu adalah pengamalan, karena pengamalanitu adalah buah dari ilmu itu sendiri, fungsi dari pada umur dan bekal untuk akherat nanti.


Barang siapa yang memperoleh ilmu, maka ia akan bahagia.Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka ia termasuk golongan orang–orang yang merugi.


Suatu ketika di samping Rasulullah disebutkan ada dua orang laki-laki, yang pertama adalah orang yang ahli ibadah dan yang kedua adalah orang yang ahli ilmu. Kemudian Rasulullah berkata: “Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku melebihi kalian semua”.


Rasulullah SAW bersabda :


طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة,و طالب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر


“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki danperempuan.Orang yang mencari ilmu itu akan dimintakan ampun oleh setiap sesuatu yang ada dimuka bumi ini sampai ikan-ikan yang berada di lautan”.


Rasulullah SAW bersabda:


من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة وبورك له في معيشته


“Barang siapa berangkat pergi di pagi hari dengan tujuan mencari ilmu, maka para malaikat akan mendo’akannya dan diberkahi kehidupannya“.


Rasulullah SAW bersabda:


من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كاجر حج تام


“Barang siapa yang berangkat pergi di pagi hari untuk kemasjid, sementara dia tidak menghendaki sesuatu kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan, maka berhak memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang melakukan ibadah haji secara sempurna”.


Rasulullah SAW bersabda:


ألعالم وا لمتعلم كهذه من هذه وجمع بين المسبحة والتي تليها شريكان في الاجر ولا خير في سائر الناس بعد


“Orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan orang yang mempelajarinya seperti ini dari ini.Nabi mengumpulkan antara dua jari telunjuk, jari yang berdampingan merupakan dua jari yang saling bersekutu dalam hal kebaikan, dan tidak ada satupun kebaikan di kalangan seluruh manusia setelah proses belajar dan mengajar.


Rasulullah S.A.W bersabda :


أغدعالما أومتعلما أو مستمعا أو محبا لذلك ولا تكن الخامس فتهلك


“Jadilah engkaupengajar atau pelajar atau pendengar atau pecinta terhadap ilmu pengetahuan.Dan janganlah engkaujadi orang kelima, karena hal itulah engkau akan binasa.


Rasulullah SAW bersabda :


تعلمواالعلم وعلموه الناس


“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu kepada manusia lainnya”.


Rasulullah SAW bersabda:


إذا رأيتم رياض الجنة فارتعوا فقيل يا رسول الله وما رياض الجنة, حلق الذكر


“Apabila kalian semua melihat taman-taman surga, maka tempatilah!.Kemudian dikatakan, “WahaiRasulullah? apa yang dimaksud dengan taman surga itu?”.Beliau menjawab: “Taman surga itu adalah taman yang digunakan untuk diskusi atau pertukaran ilmu”.


Imam Atha’ berkata: “Yang dimaksud taman surga itu adalah majlis-majlis yang digunakan untuk membahas masalah halal dan haram; bagaimana cara engkau melakukan jual beli, bagaimana cara engkau melakukan shalat, bagaimana cara engkau mengeluarkan zakat, bagaimana cara engkau melakukan ibadah haji yang sempurna, bagaimana cara engkau melakukan pernikahan, bagaimana cara engkau mencerai isteri dan lain sebagainya”.


Rasulullah SAW bersabda:


تعلموا العلم واعلمول به


“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu”.


Rasulullah SAW bersabda:


تعلموا العلم وكونوا من أهله


“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan jadilah kalian sebagai ahlinya “.


Rasulullah SAW bersabda:


يوزن يوم القيامة مداد العلماء ودم الشهداء


“Pada hari kiamat nanti akan ditimbang tinta-tinta (karya-karya) para ulama’ dan darah orang yang mati syahid”


Rasulullah SAW bersabda:


ما عبد الله بشيء أفضل من فقه في الدين , ولفقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد


“Allah tidak akan disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada faham dalam ilmu fiqih (agama), karena sesungguhnya satu orang yang ahli dalam bidang ilmu fiqh itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang yang ahli ibadah (tanpa ilmu fiqh)“.


Rasulullah SAW bersabda:


يشفع يوم القيامة ثلاثة الأنبياء ثم العلماء ثم لشهداء


“Ada tiga orang yang berhak memberikan syafa’at kepada orang lain nanti pada hari kiamat, yaitu: para nabi, para ulama dan para syuhada”.


Dan diriwayatkan, bahwa para ulama’ nanti pada hari kiamat berdiri diatas mimbar yang terbuat dari cahaya (nur)”.


Imam Al Qadli Husain mencuplik (sebuah hadits) dalam permulaan catatan kakinya, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: “Barang siapa yang mencintai ilmu dan para ulama’, maka semua kesalahanya tidak akan ditulis selama hidupnya”.


Ia juga mengatakan, telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:


من صلى خلف عالم فكأنما صلى خلف نبي, فمن صلى خلف نبي فقد غفر له


“Barang siapa yang melakukan shalat dibelakang orang alim, maka seakan-akan ia melakukan shalat dibelakang Nabi.Dan barang siapa yang melakukan shalat dibelakang Nabi, maka dosa-dosanya diampuni oleh Allah”.


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Dzar ra, disebutkan bahwa menghadiri tempat-tempat yang digunakan untuk diskusi ilmiah itu lebih utama dari pada melakukan shalat seribu rakaat (tanpa ilmu), menyaksikan seribu jenazah dan menjenguk seribu orang sakit.


Umar Ibn Al Khattab ra. telah berkata: “Bahwa seorang laki-laki tentunya akan keluar dari rumahnya,sementara dia mempunyai banyak dosa yang menyamai besarnya gunung Tihamah.Ketika ia mendengar orang alim, maka iamerasa takut dan ia kemudian bertaubat dari perbuatan dosanya, kemudian ia kembali kerumahnya dalam keadaan besih dari dosa, oleh karena itu janganlah kalian berpisah dari tempat–tempat para ulama’, karena sesungguhnya Allah menciptakan sejengkal tanahpun di muka bumi ini yang lebih mulia dibandingkan dengan tempat yang digunakan diskusi para alim ulama.


Imam Al Syarmasahy Al Maliki mencuplik sebuah hadits dalam pengantar kitabnya “Nazdm Al Dlurar”:”Diriwayatkan dari nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa yang mengagungkan orang alim, maka sesungguhnya ia telah mengagungkan Allah SWT, dan barang siapa yang telah meremehkan orang alim, maka berarti ia telah meremehkan Allah dan RasulNya.


Sahabat Ali Karramhullah wajhah telah berkata: “Cukuplah dengan ilmu kemulyaan dapat diperoleh, walaupun yang mengakui seseorang yang tidak pernah melaksanaknnya. Dan cukuplah dengan kebodohan kehinaan itu diperoleh, walaupun seseorang berusaha membebaskan diri dari kebodohan itu”. Kemudian beliau menyanyikan sebuah lagu:


Cukuplah kemuliaan diperoleh dengan ilmuwalaupun yang mengakui (hanyalah) orang bodoh#


Dan ia akan gembira jika suatu saat di nisbatkan paada ilmu.


Dan cukuplah kehinaan diperoleh dengan kebodohan, tetapi aku #


Dijaga bila aku dinisbatkan kepadanya. Dan aku akan marah


Ibnu Al Zubair pernah berkata: “Bahwasanya Abu Bakar pernah mengirimkan surat kepadaku, ketika itu aku sedang berada di Iraq. Isi dari surat tersebut adalah sebagai berikut: “Wahai anakku bergegang teguhlah pada ilmu pengetahuan, karena ketika engkau menjadi orang miskin maka ilmu itu akan menjadi harta, dan ketika engkau menjadi orang kaya, maka ilmu itu akan menjadi perhiasan”.


Wahb bin Munabbah berkata: “Sesuatu yang diperoleh dari ilmu itu bermacam-macam;


1. Kemuliaan, walaupun orang yang memilikinya itu orang yang rendahan.


2. Keluhuran derajat, walaupun ia diremehkan.


3. Dekat (di hati ummat), walaupun ia berada di daerah jauh.


4. Kekayaan, walaupun ia miskin harta.


5. Kewibawaan, walaupun ia orang yang rendah diri.


Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu dalam memaknainya:


Ilmu itu akan mengantarkan suatu kaum pada puncak kemulyaan #


Orang yang mempunyai lmu itu akan terjaga dari kerusakan.


Hai orang yang mempunyai ilmu bersahajalah!, janganlan engkau mengotorinya #


Dengan perbuatan-perbuatan yang merusak,karena tidak ada pengganti terhadap sebuah ilmu.


Ilmu itu mengangkat sebuah rumahyang tak bertiang #


Bodoh itu merobohkan sebuah rumah keluhuran dan kemulyaan.


Abu Muslim Al Khaulani ra. berkata: “Para ulama’ dibumi itu seperti bintang-gemintang yang bergelantungan di atas langit.Jika bintang-gemintang itu tampak bagi manusia, maka mereka mendapatkan petunjuk karenanya.Tetapi jika bintang-gemintang itu tampak suram, maka mereka kebingungan karenanya.


Kemudian ia menyaikan sebuah syair lagu dalam memaknainya:


Tempuhlah ilmu di manapun ilmu itu berada #


Dari ilmu, bukalah setiap orang yang mempunyai pemahaman terhadap ilmu


Ilmu berguna untuk menerangi hati dari kebutaan #


Dan menolong agama, di mana perintah menolong adalah kewajiban.


Pergaulilah para periwayat ilmu, dan temanilah para pilihan mereka #


Maka, persahabatan dengan mereka adalah sebuah hiasan, dan bercampur dengan mereka adalah sebuah keberuntungan.


Janganlah engkau palingkan kedua pandanganmu dari mereka, sesungguhnya mereka #


Ibarat bintang-gemintang yang menjadi petunjuk, bila satu bintang hilang, maka muncul bintang yang lain.


Demi Allah, seandainya ilmu tidak ada, niscaya hidayah tak akan tampak #


Dan tak tampak pula tanda-tanda perkara yang ghaib


Ka’ab Al Akhbar berkata: “Seandainya pahala tempat diskusi tampak pada manusia, niscaya mereka akan saling membunuh berebut pahala, sehingga para pemimpin meninggalkan pemerintahannya dan para Bos pasar akan meninggalkan pasarnya.


Sebagian ulama’ salaf berkata: “Sebaik-baik pemberian adalah akal, sedangkan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan.


Sebagian ulama’ salaf yang lain juga berkata: “Ilmu itu sebagai pengaman dari tipu daya setan,juga sebagai benteng dari tipu daya orang yang dengki dan sebagai petunjuk akal”.


Kemudian ia menyanyikan sebuah syair lagu tentang maknanya:


Alangkah bagusnya akal dan alangkah terpujinya orang yang berakal#


Alangkah jeleknya kebodohan dan alangkah tercelanya orang bodoh.


Tak ada ucapan seseorang yang pantas dalam suatu perdebatan #


Kebodohan itulah yang akan merusaknya pada hari nanti ketika ia ditanya.


Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang diperoleh seseorang #


Orang yang tidak berilmu , maka ia bukanlah laki-laki.


Wahai saudara kecilku ! Pelajarilah ilmu dan amalkanlah #


Ilmu itu merupakan sebuah perhiasan bagi orang yang benar-benartelah mengamalkannya.


Diriwayatkan dari Muadz Bin Jabal ra. ia berkata: “Pelajarilah ilmu pengetahuan, karenamempelajarinya adalah suatu kebajikan, mencarinya adalah suatu ibadah, mendiskusikannya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, menyerahkannya adalah upaya pendekatan diri kepada Allah SWT dan mengajarkannya kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah.


Fuzdail bin ‘Iyadl ra. telah berkata: “Orang yang alim yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, maka ia akan diundang dikerajaan langit sebagai orang besar”.


Sufyan bin ‘Uyainah telah berkata: “Kedudukan manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah orang yang berada di antara Allah dan di antara hamba-hambaNya.Mereka itulah para nabi dan para ulama’”.


Ia juga mengakatan: “Di dunia ini seseorang tidak akan diberi sesuatu yang lebih utama dari pada derajat kenabian dan tidak ada sesuatupun setelah derajat kenabian yang lebih utama dari pada ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh”. Kemudian ia ditanya:”Dari siapa perkataan ini?”.Ia menjawab:”Dari seluruhpara ahli fiqh”.


Imam Al Syafi’i ra. telah berkata: “Seandainya para ahli fiqh yang selalu mengamalkan ilmunyabukan sebagai kekasih Allah, niscaya Allah tidak akan mempunyai seorang wali”.


Ibnu al Mubarak ra. berkata:”Seseorang itu masih dianggappandai selama iamencari ilmu.Apabila ada seseorang menganggap bahwa dirinya pandai, maka ia benar-benar telah bodoh”.


Imam Waqi’ berkata: “Seorang laki-laki tidak akan dikatakan orang alim, sehingga ia mau mendengarkan orang yang lebih tua, mau mendengar orang yang sebanding dengannya, dan mau mendengar orang yang lebih muda darinya.


Sufyan Al Tsauri berkata : “Keajaiban-keajaiban itu merata ada dimana-mana.Pada akhir zaman seperti sekarang ini lebih merata lagi, bencana yang menimpa manusia banyak.Sedangkan musibah masalah keagamaan sekarang ini lebih banyak lagi. Bencana-bencana itu merupakan peristiwa yang besar, namun kematian para ‘ulama merupakan peristiwa yang lebih besar. Sesungguhnya hidup orang alim itu adalah rahmat bagi umat, sedangkan kematiannya agama Islam menyebabkan suatu cacat”.


Dalamkitab Shahih Al Bukhari dan Al Muslim ad sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al ‘Ash ra. ia berkata: “Aku mendengar dari Rasulullah, beliau besabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabut ilmu tersebut dari manusia, akan tetapi Allah mencabut ilmu dari muka bumiini dengan cara mencabut nyawa orang-orang yang para ulama’, sehingga jika seorang alim sudah tak tersisa, masyarakat mengangkat para pemimpin yang bodoh. Maka ditanyalah pemimpin-pemimpin itu(tentang masalah keagamaan), kemudian mereka memberikan fatwa tanpa berlandaskan ilmu pengetahuan, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”.


FASHAL


Semua hal yang telah disebutkan diatas; yakni keutamaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNyadenganmendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan.Bukanlah orangyang ilmunya dimaksudan untuk tujuan-tujuan duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak pengikut.


Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al Turmudzi ).


Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya dicari hanya karena Dzat Allah, tetapi bia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkanaroma surgawi”.


Juga diriwayatkan beliau: “Barang siapa yang mecari ilmu karena selain Allah atau menghendaki Dzat Allah maka, tempatilah tempat duduknya dari api neraka.


Juga diriwayatkan beliau; “Pada hari kiamatnanti akan didatangkan seorang alim, kemudian ia dilemparkan kedalam api neraka sehingga ususnya terburai keluar dari perutnya, kemudian ia berputar-putar didalam neraka laksana keledeiyang berputar sambil membawa alat penggiling. Kemudian penduduk ahli neraka mengerumuninya sambil bertanya: “Apa yang menyebabkanmu seperti ini?.Ia menjawab: “Aku memerintahkan orang lain agar melakukan kebaikan, tetapiakusendiri tidak melakukannya dan aku melarang orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang buruk, sementaraaku sendiri melakukannya”.


Diriwayatkan dari Bisyr ra.: “Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud as.:”Janganlah engkau jadikan antara aku dan engkauada seorang yang alim yang terfitnah, sehingga sifat takkaburnya (sombong) menjauhkan dirimu untuk mencintai aku. Mereka itu adalah orang yang pekerjaanya menghadang hamba-hambaku ditengah jalan”.


Sufyan Al Tsauri ra. berkata: “Ilmu itu dipelajari hanyalah untuk bertaqwa.Kelebihan ilmu atas ilmu yang lain hanya karena ilmu digunakan bertaqwa kepadaAllah SWT. Jika tujuan ini menjadi cacat dan niat orang yang mencari ilmu menjadi rusak, dengan pengertian bahwa ilmu itu digunakanuntuk mencapai perolehanhal-hal duniawi; berupa harta atau jabatan, maka pahala orang yang mencari ilmu itu benar-benar telah terhapus dan ia benar-benar telah dengan kerugian yang amat sangat.


Al Fudlail bin ‘Iyadl telah berkata:”Para ulama’ yang fasiqdan orang–orang yang hafal Al-Qur’an telah mendatangi aku dan nanti pada hari kiamat mereka akan disiksa terlebih dahulu sebelum disiksanya orang yang menyembah berhala”.


Al Hasan al Basri telah berkata: ”Siksaan ilmu pengetahuan adalah hati yang mati, kemudian ia ditanya: “Apa yang dimaksud dengan hati yang mati?.Ia menjawab: “Matinya hati adalah mencari harta dunia dengan menggunakan perbuatan-perbuatan akhirat”.

MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_

 _*MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_ Assalamualaikum warahmatullahi wa Baroqatuh. Saudaraku...sebenarnya antara ...