Sabtu, 24 Oktober 2020

Sumpah Pemuda Momentum Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Namun dalam situasi pandemi saat ini diperlukan adaptasi yang menyeluruh, terarah, dan efektif.

Di masa pandemi ini pembelajaran dilaksanakan secara on-line, sehingga diperlukan kreatifitas pendidik dengan menggunakan media teknologi. Tanpa mengurangi esensi dari tujuan pendidikan dan pembelajaran yang efektif dalam pelaksanaannya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa secara daring (online) dan luring (offline) atau kombinasi dari keduanya. Dengan teknologi yang terjadi saat ini tuntutan tersebut tidak dianggap sebagai sesuatu yang membebani justru menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan.

Menyambut hari sumpah pemuda tahun 2020 ini momentum untuk kembali memajukan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kita mengingat kembali dalam sumpah pemuda tahun 1928 ikrar seluruh pemuda saat itu, bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah salah satu ikrar dari sumpah pemuda tersebut. Tujuan dari pendidikan bahasa Indonesia adalah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Bangsa Indonesia. 

Tugas yang berat dan mulya inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaannya di masa pandemi ini. Dengan tekad ini selanjutnya sebagai penentu keberhasilan dan kesuksesan dalam mencapai tujuan pendidikan bahasa Indonesia. Dan sebaliknya jika pendidik dan tenaga kependidikan gagal mengimplementasikan pembelajaran di masa pandemi ini bukan tidak mungkin bahasa Indonesia gagal sebagai identitas bangsa. 
Ada dua hal yang menjadi perhatian utama terlaksananya pembelajaran bahasa Indonesia, satu bahasa Indonesia sebagai bahasa, dan dua pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa memiliki makna bagaimana bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa, dan sekaligus sebagai sebuah pengetahuan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa memiliki makna bagaimana nilai dari bahasa itu bagi bangsa Indonesia. Dan sumpah pemuda inilah momentum yang tepat untuk melihat apakah nilai bahasa Indonesia masih eksis dalam diri bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai sebuah pengetahuan adalah bagaimana bahasa Indonesia bisa ditularkan kepada peserta didik sebagai sebuah pengetahuan dan memberikannya nilai- nilai dari bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.

Tantangan pendidik dan tenaga kependidikan selanjutnya adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan dengan situasi pandemi saat ini. Teknologi terkini adalah salah satu media dalam menghadapi tantangan ini. Dengan belajar dan berlatih mengasah kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal teknologi, meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dan mengikuti kemajuan teknologi terkini adalah cara untuk melakukan kegiatan pembelajaran baik secara daring maupun luring yang efektif dan efisien. Semoga bermanfaat dan dapat dilakukan oleh para pendidik.

Senin, 19 Oktober 2020

Tanya jawab Ma'rifat Billah wa Rosuulihi. SAW

FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
Ma'rifat Billah Wa Rosulihi SAW

1. Bagaimanakah definisi ma’rifat

Definisi ma‘rifat sebagai berikut :

Marifat arti secara umum adalah yang dilakukan orang alim yang sesuai dengan maksud dan tujuan ilmu sendiri.
Ma‘rifat menurut ahli fiqhi adalah ilmu . setiap ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang alim arif dan setiap ‘arif itu alim.
Ma‘rifat menurut ahli shufi ialah rasa kesadaran kepada Alloh akan sifat dan AsmaNYA

2. Sebutkan keutamaan Ma’rifat !

Keutamaan keutamaan ma‘rifat :

a.terhindar dari kerusakan. Berdasarkan dawuh Sayyidina Ali Karromalloohu Wajhah :

Tidak mengalami kerusakan orang yang menyadari akan kedudukan dirinya ".

b. Ketika mati akan diberi kebaikan oleh Allah menurut bilangan makhluk.

"Wahai hamba-KU ketika kamu bertemu dengan Aku dan kamu ma’rifat kepada KU, maka KU berikan kebaikan menurut bilangan Makhluk”

3. Apakah ma’rifat Billah itu ?

Marifat menurut bahasa adalah menggetahui Allah SWT.

Marifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT, yakni : hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan ,berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT , yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi semuanya Billah !.

4. Mengapa Ma’rifat ( sadar Billah ) dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama ?

Marifat juga dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama sebab Ma‘rifat Billah adalah soal Iman, soal tauhid, yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang, bahkan yang pertama kali yang diperjuangkan Rosulullah SAW, dimakkah selama 13 tahun, dan wajib kita memiliki serta kita perjuangkan .

Sebagaimana kata ulama’:

‘‘Bodoh Billah ( tidak sadar Allah ) hukumnya haram, dan Ma’rifat Billah adalah wajib “ ( Jami’ul Ushul Auliyak Hal 159 )

‘'Pertama kewajiban seseorang adalah Marifat kepada Tuhannya dengan yakin". (Syekh Ibm Ruslan dalam kitab Zubad)

5. Apa ma’rifat Birrosul SAW dan sebutkan dasarnya !

Ma’rifat Birrosul adalah sadar kepada Rosulullah SAW yakni hati menyadari bahwa segala sesuatu termasuk gerak gerik dirinya lahir batin yang diridloi oleh Allah SWT adalah sebab jasa Rosuulullah SAW.:

Dasarnya

‘‘ Dan tiada KU mengutus Engkau ( Muhammad ) melainkan rohmat bagi seluruh alam ’’

6. Sebutkan jasa Rosulullooh SAW. Yang paling besar nilainya bagi ummatnya !

Jasa Rosululloh yang paling tinggi nilainya bagi umatnya adalah Iman dan Islam.

7. Sebutkan kedudukan Rosulullooh Saw !

kedudukan Beliau Rosululloh disisi Alloh SWT adalah :

sebagai utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia / makhluk.

"Tidaklah Muhammad itu melainkan sebagai utusan (ALL OH) ".

-Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh, dan kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW itu'adalah utusan Alloh.

Sebagai perantara / saluran Nikmat. dalam hal ini ada dua (2) bagian:

1. Nikmat Ijab : adalah sebagai perantara wujudnya makhluk dengan melalui Nur Beliau Rosululloh SAW.

Sesungguhnya Beliau Rosululloh SAW perantara yang terbesar semua ni'mat yang diberikan kepada kita semua, bahkan Beliau adalah uns.ur daripuk wujudnya semua makhluq Alloh SWT.

sebagaimana dikatakan dalam Hadist Qudsi, Alloh SWT berfirman :

"Andaikata tidak ada engkau (Muhammad) AKU (Alloh) tidak menciptakan makhluq ".

2. Nikmat Imdad : adalah Nur Beliau Rosululloh SAW , makhluk yang telah di pelihara kelestariannya.

Dalam hal ini ada dua (2) jalur :

jalur batiniyah / Rohani
jalur lahiriyah / jasmani untuk umatnya

dasar nikmat Imdad yang tersalu melalui rohani :

Hadist Shoheh yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Turmudzi, AI-Haldm dari Ibm Amfin sebagai berikut :

"Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhluqNYA di dalam keadaan gelap, maka Alloh. SWT memancarkan atas diriku dari Nur-NYA, maka barang siapa terkena pancaran Nur tadi, ia akan mendapatkan petunjuk dan barang siapa tidak kena Nur itu ia akan tersesat".

Dasar Ni'mat Imdad yang tersalur melalui lahir.

Dalam Surat AI-Maidah Ayat 15 se'butkan :

"Sesungguh telah datang kepadamu sekalian dari Alloh SWT Nur (Muhammad SAW) dan Kitab Al - Qur'an yang menerangkan halal, haram, haq dan bathil “

8. Apa fungsi Beliau Rosululloh SAW ?

Beliau Rosulullah berfungsi sebagai juru selamat umat manusia dari kesesatan dan kehancuran didunia dan diakhirat.

9. Bagaimana merealisasi ma’rifat Billah wa Rosulihi Saw. Secara sempurna ? jelaskan

Ma‘rifat Billah wa Rosulihi SAW baru di anggap sempurna bila dasari dalam hati diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni disamping hati selalu sadar Billah dan sadar Birrosul, dibuktikan dengan amal perbuatan lahir selalu taat dan patuh atas segala perintah Allah SWT ( LILLAH ) dan selalu mengikuti tuntunan Rosulullah SAW (LIRROSUL) dalam kehidupan nyata sehari-hari. atau istilah lain benar -benar merealisasi dua kalimat Syahadat.

10. bagaimana jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati dan sadar Billah ( ma’rifat kepada Alloh SWT wa Rorosulihi SAW) ?

Jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati menuju sadar (ma‘rifat ) kepada Allah Wa Rosuluhi SAW.

Antaralain :

memperbanyak taqorub mendekatkan diri dan bertaubat (memohon ampunan ) Allah SWT.
memperbanyak Sholawat kepada Nabi SAW.
memperbanyak Tasyaffuan ( memohon syafa‘at ) kepada Rosululloh SAW.
Memohon bantuan (moral) doa restu, memohon barokah, karomah, nadhro Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Agar beliau-beliau tersebut berkenan membantu permohonkan kita kepada Allah SWT.

11. Kita menerima Fadlol yang besar dari Alloh SWT yang harus di syukuri, yang dapat di pergunakan sebagai alat yang ampuh dan ringan untuk menjernihkan hati dan Ma’rifat Billah wa Rosulihi SAW.Apakah Fadlol besar yang di maksud! Dan bagaiman cara mensyukurinya ?

Fadlol yang besar dari Allah SWT yang berupa ‘‘AMALAN SHOLAWAT WAHIDIYAH’’ harus di syukuri, yang dapat dipergunakan sebagai alat yang ampuh dan ringan untuk menjernikan hati dan ma‘rifat Billah wa Rosulihi SAW. Dan cara mensyukurinya kita harus mengamalkannya dan menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah itu

Sabtu, 17 Oktober 2020

RATAPAN TANGISNYA NABI NUH AS".

الله...
ياسيّدي ياايّهاالغوث...

🌷 "RATAPAN TANGISNYA NABI NUH AS".

🌹 Sebab Nabi Nuh dinamakan dengan "Nuh".

قال الكسائي: 

و كان اسمه عبد الغفار أو يشكر، و سبب تسميته نوحا ما قيل إنه رأى كلبا له أربعة اعين. فقال نوح: أن هذا الكلب شنيع. فقال له الكلب: يا عبد الغفار أتعيب النقش ام النقاش؟ فإن كان العيب على النقش فإن الأمر لو كان الي، لما اخترت أن أكون كلبا، و إن كان العيب على النقاش فهو لا يلحقه عيب لانه يفعل ما يشاء.

فكان عليه السلام كلما ذكر ذلك ينوح و يبكي على خطيئته و ذنبه، فلكثرة نوحه سمي نوحا.

كتاب سراج الطالبين شرح منهاج العابدين ج ٢ص ٣٥٤

🌹 Berkata  Imam Al-Kisai:

🌷 " Nama asli dari Nabi Nuh adalah Abdul Ghafar atau Yasykur. Adapun sebab beliau dinamakan dengan "Nuh" sebagaimana yang diceritakan: 

"suatu hari beliau melihat seekor anjing yang memiliki 4 mata, spontan Nabi Nuh mengucapkan: "anjing ini sungguh menjijikkan".

🌹 Anjing itu pun berucap: 

"wahai Abdul Ghafar! Apakah kamu mencela bentuk ini, atau zat yang membentuk?..😔

Jika kamu mencela bentuk nya, seandainya aku bisa memilih, aku tak akan memilih menjadi anjing.😥 

Namun, jika celaan itu bagi yang membentuk, sesungguhnya Dia tak punya aib karena Dia bisa melakukan apapun yang Dia inginkan."😢

Setelah kejadian ini, Nabi Nuh setiap mengingat nya selalu meratapi (yanuh) dan menangis,😭 karena banyak nya beliau meratap (yanuh) akhirnya beliau dinamakan Nuh.

🌷 Kitab Siraj ath-thalibin jilid 2 hal 354

🌹 "Yaa Sayyidii Yaa Rasuulallah...

Nabi Nuh dengan satu dosa menghina makhluk Allah swt yaitu Anjing,Beliau menyesal meratapi perbuatannya seraya menangis tak henti hentinya kepada Allah swt,disebabkan berkata yg tak pantas atas makhluk Allah swt.

Sebab yg dihina meskipun itu adalah seekor anjing yg najis,namun sang anjing tetap bersyukur dan menerima atas ketentuan takdir dari Allah swt.

🌷 Maka bagaimana dengan kita...?😭

Sedangkan kita berdosa dan mungkin sudah tak terhitung jumlahnya,  namun tak sedikitpun rasa menyesal, meratapi bahkan menangis kepada Allah swt atas dosa yg telah kita perbuat.😭

🌹 Pantaskah kita mengaku sebagai Hamba Allah swt?😭🙏

🌷 Sedangkan hati kita keras bagaikan batu yg sulit meratap menangis kepadaNya..😭

🌹 Al-Faatihah...

Rabu, 14 Oktober 2020

Bukan Telur Asin Biasa

Berbagi ilmu semoga bermanfaat 
Udah Tau Belum?
Bukan Telor Asin Biasa (BTAB)

Telur Asin yang lagi booming bunda ternyata memang endess banget nich saya coba hasilnya memuaskan yang mau nyoba nih saya kasih resepnya..

Bahan :
-1kg telur ayam
-250 gram garam kasar
-air secukupnya
-10 siung bawang putih
-cabe rawit sesuai selera ya bund

Carbut :

1. Pertama telur di cuci bersih untuk menghilangkan kotoran yang nempel

2. Kedua larutkan garam dengan air secukupnya 

3. Ketiga iris bawang putih dan cabe rawit kecil kecil ya bund

4. Ke empat masukan telur yang sudah di cuci tadi ke dalam wadah yang sudah berisi air garam yang sudah didinginkan jangan lupa bawang putih dan cabe nya juga masukan

5. Terahir siapkan air dalam plastik ukuran 1kg tujuan untuk menindih telur2 yang sudah dalam wadah tadi agar tidak mengapung..

lalu kasih tutup wadah nya tadi ya bund rendam selama 10-15hari saja biar ga kelamaan ga keasinan telurnya bund...

tahap paling akhir di rebus telurnya bund langsung pake air rendaman tadi selama 30 menit angkat siap di sajikan telur asin home made nya bund...selamat mencoba yah.... ☺☺

#save dulu 😘 copas Oktober 2020

Wajah Indonesia Baru

WAJAH BARU INDONESIA

Kenapa demo? Karena rakyat tidak trust sama pemerintah. Kenapa tidak trust? Karena rakyat tak tahu apa yang sedang dikerjakan pemerintah.

Nah, saya akan menulis panjang!
Gambaran dengan bahasa yang sederhana, agar yang katanya bukan orang pintar, bisa paham 😚

NIKEL DAN MOBIL LISTRIK
Anda tahu apa yang diam-diam dikerjakan oleh Pak Jokowi? Saat Arab Saudi lagi sadar bahwa minyak mau habis sehingga Putra Mahkotanya diperintah untuk diplomasi kemana-mana membangun investasi di negara lain, Pemerintah kita sadar bahwa masa depan dunia ini bukan lagi Minyak Bumi, tapi Nikel.

China sudah memiliki teknologi dan secara masive memproduksi Mobil Listrik. Uni Eropa tak mau kalah, mereka telah lebih dulu memproduksi Mobil Listrik dan memperkenalkn ke ujung dunia. Namun mendadak Uni Eropa marah! Karena Jokowi melalui PERMEN No 11 tahun 2019 melakukan stop ekspor bahan mentah Bijih Nikel ke Eropa. Uni Eropa menggugat Jokowi ke WTO karena larangan ekspor ini. Dan jokowi menjawab “indonesia tidak lagi ekspor bijih Nikel, Indonesia akan membangun sendiri pabrik baterai untuk bahan bakar mobil listrik”. Apakah anda tahu cerita ini? Nggak kan?

Apakah Jokowi cuma membual?
Tidak!

PT Vale Indonesia adalah Perusahaan Pertama yang melaksanakan Kontrak Karya di tahun 2014, artinya perusahaan tambang yang 58 % sahamnya adalah milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah, artinya apa? Perusahaan Nikel terbesar ini dikelola oleh bangsa sendiri. Masih banyak lagi perusahaan Nikel lain yang berkonsep Kontrak Karya tersebar di Sulawesi. Dan pembangunan perusahaan Nikel ini masive di periode pertama pemerintahan Jokowi. Apa anda tahu?

Dahulu Indonesia selalu mengekspor Bijih Nikel Mentah ke Uni Eropa, dan Eropa sangat senang karena bisa membeli bahan baku baterai dengan sangat murah dari Indonesia. Apa gunanya Eropa mampu memproduksi Mobil Listrik jika tidak punya bahan baterainya? Gigi ompong! Nah sekarang bayangkan juga konglomerat yang udah makan enak hasil ekspor Nikel ke Eropa? Gigit jari kawan karena sudah dilarang sama Jokowi. Apakah mereka diam? Pastinya tidak dan sudah pasti melawan dengan berbagai cara!

Kini Jokowi menghentikan tabiat buruk itu! Jokowi membangun perusahaan Nikel dari hulu ke hilir sehingga kita tidak akan menjual Nikel dalam bentuk bahan mentah yang murah, tapi dalam bentuk baterai yang mahal. Di satu sisi kita mendapat keuntungan yang melimpah, disisi lain Eropa akan sangat bergantung pada kita 😂

Apa ini jalan mulus? Kita orang awam melihatnya mulus dan lancar, tapi apa anda paham perlawanan besar dunia sedang menghantam Jokowi saat ini? Even presiden yang anda bilang plonga plongo itu, dibalik layar sedang perang melawan Uni Eropa. Apa anda gak nyadar? Seberapa kuat Jokowi mampu memenangkan perang ini? Wong didalam negeri aja anda kerjaannya cuma dema-demo!

Jokowi kemudian membangun perusahaan Baterai Electroc Vehicle (EV) yang sekalipun banyak diprakarsai perusahaan China namun tetap prinsipnya adalah Kontrak Karya. Kenapa China? China adalah negara dunia ketiga yang hari ini juga gencar memproduksi Mobil Listrik selain Uni Eropa bahkan melewati prestasi Amerika. Uni Eropa hanya ingin membeli bahan baku Nikel dari kita, dan enggan melakukan kerjasama. China sadar bahwa mereka memiliki teknologi dan SDM Ahli tapi tidak memiliki bahan baku baterai, sementara Indonesia memiliki bahan baku tapi tidak dengan teknologi. Mutualisme ini melahirkan investasi yang saling menguntungkan.

Inilah asal muasal anda pada heboh TKA China. Anda menolak karena belum tahu latar belakang ceritanya bukan? Jika bukan China, masa depan cerah Indonesia akan terlewatkan, Arab Saudi sudah diundang tapi tidak mau invest karena jelas Arab Saudi tidak punya teknologi itu. China tidak merampas kesempatan pekerja, karena dalam perjanjiannya China hanya akan mendatangkan tenaga terkait mesin dan alat produksi yang berkaitan dengan teknologi mereka. Ibarat anda beli AC apa iya anak anda sendiri yang anda suruh pasang blowernya? Pasti anda akan bawa sekalian teknisi dari toko untuk memasang instalasinya ke rumah bukan?

Begitu juga soal TKA China yang di sulawesi, mereka bertugas mengaplikasikan instalasi alat-alat dari perusahaan China ke Indonesia untuk mendirikan pabrik Nikel sampai pada produksi Baterainya.

Apa wajah masa depan Indonesia? Minyak Bumi akan habis, anda gak baca gerak gerik Arab Saudi yang sudah kebingungan nanam investasi kemana-mana? Mereka sadar bahwa minyak buni mau habis! Eropa terutama Jerman dan juga Jepang, sedang banting setir dari otomotif emisi menuju otomotif listrik, tapi mereka tidak punya baterainya. Hanya Indonesia yang punya bahan baku, lahan, sdm, dan pasar.

Nah gimana untuk memperlancar itu semua?
Indonesia harus siap insfratruktur karena bentuk geografis kita adalah pulau dengan jangkauan yang sangat luas. Lalu regulasi, Omnibus Law hari ini adalah senjata jitu untuk memuluskan transisi berpindahnya banyak sekali perusahaan asing ke negeri ini. Lantas apa gak takut nanti negara kita dijajah bangsa asing?

Jangan samakan era sekarang dengan jaman Pak Harto kawan! Sekarang kita sudah memiliki UU Kontrak Karya, apapun bentuk usaha asing yang masuk ke Negeri kita, minimal 51% sahamnya harus milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah. Kalau sudah menguasai 51% saham maka anda adalah pengelola aktif, saham yang lain itu hanya menyokong dana dan saran.

Apa Jokowi bisa menjamin pelaksanaan UU tersebut? Buktinya sudah nyata yaitu Freeport! Dahulu kita cuma menikmati 9% keuntungan, sekarang kita sudah memiliki 51% keuntungan Freeport. Apa anda tahu perjuangan Jokowi untuk merebut 51% itu? Ya sudah pasti enggak wong kerjaan sampean cuma mainan hoaks dan demo kemana-mana kok!

Pada 2030 sudah ditargetkan seluruh armada Trans Jakarta adalah Bus Listrik, dan setelah pabrik baterai, plan berikutnya adalah pabrik Mobil Listrik. Apakah rencana? Indonesia sudah memulai pembangunan kalau gak percaya silahkan googling Mobil Listrik Indonesia. Kalau masih belum percaya lagi? Lihat Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Belum percaya lagi? Lihat produk-produk kebijakan apalagi yang sudah dilandaskan pada Perpres tersebut!

Apa gak mungkin kita akan menjuarai otomotif dunia? Orang bahan bakunya kita yang punya? Apa gak mungkin kita akan semakmur Arab Saudi di masa mendatang? Jokowi tinggal 4 tahun menjabat kawan! Itupun masih anda recoki dengan isu-isu hoaks!

Nikel dan Baterai EV serta Mobil Listrik adalah masa depan Indonesia!
Fikirkan dan resapi!
Jangan percaya saya, carilah informasinya dan bentuklah prinsip kewarganegaraan anda!
Bangga atau tidak masa depan itu nyata!

Selasa, 13 Oktober 2020

ILMU-ILMU LADUNI HADLROTUS-SYEIKH AL-ARIF BILLAH MBAH KH ABDUL MADJID MA’RUF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, AL-GHOUTS FII ZAMANIHI, PENGASUH PERJUANGAN WAHIDIYAH DAN PONPES KEDUNGLO KEDIRI JAWA TIMUR.

203 - ILMU-ILMU LADUNI HADLROTUS-SYEIKH AL-ARIF BILLAH MBAH KH ABDUL MADJID MA’RUF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, AL-GHOUTS FII ZAMANIHI, PENGASUH PERJUANGAN WAHIDIYAH DAN PONPES KEDUNGLO  KEDIRI JAWA TIMUR.

“IKUT AKTIF BERJUANG MENGANGKAT DAN MEMPERBAIKI AKHLAQ UMMAT MASYARAKAT LEWAT JALAN BATHINIYAH dan LAHIRIYYAH DENGAN AMALAN SHOLAWAT WAHIDIYAH”.

"AL-GHOUTS ITU IBARATNYA  SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI, HINGGA DEKAT HARI KIYAMAT NANTI".

Kali ini kita akan membahas kisah dan petuah sosok fenomenal dan faktual Hadlrotus-Syeikh Al-Imam Al-Arif Billah Guru Besar Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef Ma'roef Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra Al-Ghouts Fii Zamanihi.  

Sebelum kisah dan petuah tsb, kita pasti mengingat SANG PROFESSOR DO'A MBAH KH. MOHAMMAD MA'RUF RA, doa ampuh  MUSTAJABAH   ilmu kebal senjata berikut ini : 

"ALLAHUMMA SALIMNA MINAL BOM WAL BUNDUQ, WAL BEDIL WAL MARTIL, WA UDDADA HAYATINA". 

Sambil minum air yang biasa dipakai untuk wudhu di jeding masjid Kedunglo, maka kebal-lah seketika dia. Itulah amalan yang diberikan kepada para pejuang 45 yang bertempur melawan penjajah yang menyerang Surabaya pada 10 Nopember 1945. 

Sumbangsih Mbah Yahi Ma’roef Ra kepada bangsa dan negara Indonesia tercinta di zaman perjuangan mengusir penjajah amatlah besar. Hal ini beliau tunjukkan saat pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya  meledak. Bersama Mayor Hizbullah Mahfud dan Kyai Hamzah (Ayah Handa Mbah Nyahi Shofiyah Madjid RA) beliau turut ke medan pertempuran walau berada di garis belakang sebagai tukang do’anya. Berkat do’a Mbah Yahi Ma’roef Ra, tak jarang bom yang meledak berubah menjadi butiran-butiran kacang hijau. Sebagaimana pula diriwayatkan oleh murid-muridnya yang juga turut berperang, para tentara dan santri yang ikut berjuang kebal dengan berbagai senjata setelah diasma'i oleh Mbah Yahi Ma’roef Ra.

Cara beliau mengisi kekebalan pasukan tergolong unik. Pertama setelah pasukan dibariskan, beliau menyuruh mereka agar minum air jeding di utara serambi Masjid Kedunglo. Selanjutnya beliau berdo’a yang diamini oleh pasukan pejuang. Di antara do’anya seperti diatas, “Allahumma salimna minal bom wal bunduq, wal bedil wal martil, wa uddada hayatina”. Do’a beliau yang kedengarannya nyeleneh ternyata sangat ampuh, manjur n ijabah. Terbukti nyata pada semua tentara yang sudah beliau isi kebal aneka senjata.

Konon Gus Nawawi dari Jombang ketika bertempur punggungnya terkena martil. Tapi beliau tidak apa-apa malah punggungnya ngecap martil sebesar ontong. Kyai Hamzah besannya sendiri yang juga mengikuti pertempuran di Surabaya. Kabarnya kakinya juga terkena bom tapi tidak apa-apa.

Kyai Bisri Mustofa (ayah Kyai Mustofa Bisri) Rembang, di zaman itu pernah di kejar-kejar penjajah Jepang. Beliau kemudian lari ke Kedunglo minta perlindungan kepada Mbah Ma’roef. Kemudian Mbah Ma’roef mengijazahi sebuah do’a, setelah diamalkan beliau selamat dari incaran orang Jepang. Berkat jasa  Mbah Ma'roef Kyai Kedunglo, beliaupun lalu mewasiatkan kepada anak cucunya agar terus mengamalkan do’a pemberian Mbah Yahi Ma’roef, doa tersebut oleh Kyai Bisri Musthafa diabadikan dalam buku terjemah Burdah. Itulah Mbah Yahi Ma’roef, memanfaatkan keampuhan do’anya dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi nusantara ini.

Sang pengijazah amalan TSB bukan orang sembarangan, dia adalah Hadlrotus- Syeikh Al-Mukarrom Mbah KH Mohammad Ma’ruf Ra, Pengasuh dan Pendiri  Kerajaan Pondok Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kota Kediri, ramandanya Mbah KH. Abdul Madjid Ma'rof Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra Al-Ghouts Fii Zamanihi.

Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA lahir dari pernikahan Hadlrotus- Syeikh Al-Mukarrom Mbah KH Mohammad Ma’roef Ra, pendiri Kerajaan Pondok Pesantren Kedunglo Al Munadharah dengan Nyahi Hasanah putri Kyai Sholeh Banjar Melati Kediri. Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA lahir pada hari Jum’at Wage malam 29 Ramadhan 1337 H/20 Oktober 1918 M sebagai putra ke tujuh dari sembilan bersaudara.

Beliau lahir di tengah pesantren Kedunglo yang luas nan sepi. Dikelilingi rawa-rawa dengan jumlah santri yang tak pernah lebih dari empat puluh orang.

Ketika masih baru berumur dua tahun oleh bapak-ibunya, gus Madjid dibawa pergi haji ke Makkah Al Mukarramah. Di Makkah, setiap memasuki jam dua belas malam, Mbah Kyai Ma’roef selalu menggendong Gus Madjid ke Baitullah di bawah Talang Mas. Di sana Mbah Kyai Ma’roef berdoa, agar bayi yang berada dalam gendongannya kelak menjadi orang besar yang sholeh hatinya, Mbah Kyai Mohammad Ma’roef selalu mendoakan Gus Madjid agar menjadi orang shaleh. Konon selama berada di Mekah, si kecil Agus Madjid yang juga dikhitankan di sana akan diambil anak oleh salah seorang ulama Arab terkenal dan telah disetujui oleh Mbah Yahi Ma’roef. Beruntunglah  Mbah Nyahi Hasanah keberatan, sehingga Agus Madjid tetap berada dalam asuhan kedua orang tuanya.

Cerita Gus Madjid akan diangkat anak oleh ulama Mekah memunculkan sebuah ungkapan, “Kalau bukan karena Mbah Kyai Abdul Madjid maka Shalawat Wahidiyah tidak akan lahir. Dan kalau bukan karena Nyahi Hasanah, Shalawat Wahidiyah tidak akan lahir di bumi Kedunglo Kediri”.

Sepulang dari Mekah, muncul kebiasaan unik pada diri Agus Abdul Madjid. Beliau yang masih dalam usia tiga tahun (balita), hampir di setiap kesempatan berkata : 

“Qul, dawuha sira Nabi Muhammad SAW” (Qul, katakanlah, wahai Nabi Muhammad SAW) sambil meletakkan tangannya di atas kepala. Kebiasaan semacam ini terus berlangsung hingga Beliau Mbah Yahi Madjid memasuki usia tujuh tahun. Kebiasaan lain Beliau semasa kanak-kanak adalah suka menyendiri, kurang suka bergaul dan sangat pendiam. Mbah Nyai Romlah dan Mbakyunya ini pula yang mula pertama mengajari Beliau Mbah Yahi Madjid membaca dan menulis Al-Qur’an.

Sifat pendiam dan tidak suka memamerkan keistimewaan yang dimiliki terus dibawanya hingga Beliau memasuki usia remaja. Karena sifat pendiam Agus Abdul Madjid inilah hingga tidak ada yang tahu keistimewaan-keistimewaan Beliau di masa kanak-kanak dan remajanya.

Walaupun Gus Madjid secara lahiriyah nampat tidak istimewa dibandingkan dengan Gus Malik adiknya yang pandai dan sering menampakkan kekeramatannya. Dan Gus Abdul Malik pula yang bertindak sebagai wakil ayahnya apabila Mbah Kyai Ma’roef tidak ada atau sedang berhalangan, hingga tidak sedikit yang menyangka bahwa Gus Maliklah calon pengganti dan penerus ayahnya. 

Akan tetapi pada hakikatnya, Mbah Kyai Ma’roef telah mempersiapkan Agus Abdul Madjid sebagai putra mahkota, pengganti dan penerusnya sejak Beliau baru dilahirkan. Terbukti, meski Gus Madjid masih baru berusia dua tahun ada yang mengatakan baru berumur 1,5 tahun, ayah handanya telah membawanya serta pergi haji. Padahal kita semua tahu bagaimana kondisi transportasi dan akomodasi jamaah haji di tahun 1920-an. Sungguh sulit, penuh rintangan dan sangat melelahkan. Belum lagi kondisi cuaca alam tanah Arab yang berbeda jauh dengan kondisi di Indonesia, dan itu ditempuh berbulan-bulan lamanya.

Bukti lain bahwa Gus Madjid dipersiapkan sebagai putra mahkota, calon pengganti dan penerus ayah handanya, adalah setiap mendekati bulan haji, Mbah Kyai Ma’roef selalu kedatangan tamu dari kalangan Sayyid dan Sayyidah dari jazirah Arab. Saat itulah, sambil menggendong Gus Madjid, Mbah  Nyahi Hasanah berkata kepada tamunya : “Niki, Ndoro Sayyid yugo kulo, njenengan suwuk, dados tiyang ingkang sholeh atine.” (Ini Tuan Sayyid, njenengan suwuk/ do’akan anak saya agar menjadi orang yang shaleh hatinya).

Pernah, suatu hari saat Mbah Kyai Ma’roef sedang bepergian, datang seorang habib hendak bersilaturrahim. Karena Mbah Kyai Ma’roef tidak ada, si tamu minta dipanggilkan Gus Madjid, katanya akan dido’akan. Karena Gus Madjid sedang bermain dan belum mandi, maka abdi dalem (pembantu) membawa Gus Malik yang sudah rapi untuk menemui si tamu. “Wah, ini bukan Gus Madjid, tolong bawa Gus Madjid kemari !” kata habib kepda abdi dalem tsb.

Memasuki usia sekolah, Gus Madjid sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah, namun hanya sampai kelas dua. Selanjutnya, Mbah Kyai Ma’roef mengantar Agus Madjid mondok di Jamsaren Solo pada Kyai Abu Amar. Genap tujuh hari di Jamsaren, Agus Madjid dipanggil gurunya, disuruh kembali ke Kedunglo. “Sampun Gus, panjenengan kundur mawon !”, sambil dititipi surat agar disampaikan kepda ayahnya. Gus Madjid menuruti perintah Kyai Abu Amar, meski dengan pikiran penuh tanda tanya kembali ke Kedunglo Kediri. Terdorong oleh jiwa muda yang haus akan ilmu pengetahuan, Agus Madjid kemudian mondok di Mojosari, Loceret, Nganjuk. Namun setelah hari ketujuh, Beliau dipanggil Kyai Muhammad Zainuddin, gurunya.

“Gus, njenengan sampun cukup, mboten usah mondok, kundur kemawon, wonten ndalem kemawon”. (Gus, Anda sudah cukup, tidak usah mondok, pulang saja, di rumah saja). Agus Madjid pun kembali ke Kedunglo dan matur kepada ayahnya, kalau gurunya tidak bersedia memberinya pelajaran. “Wis kowe tak wulang dewe, sak wulan podho karo sewu wulan”. (Kalau begitu, kamu aku didik sendiri saja, satu bulan nilainya sama dengan seribu bulan), ujar Mbah Kyai Ma’roef.

Maka setelah empat belas hari mondok di Jamsaren dan Mojosari, gurunya adalah ayahnya sendiri, Mbah Kyai Haji Mohammad Ma’roef RA yang telah mewarisi ilmu dari Mbah Kyai Kholil, Bangkalan Madura. Oleh ayahnya, setiap selesai sholat maghrib, Gus Madjid diajari aneka macam ilmu yang diajarkan di pondok-pondok pesantren maupun ilmu yang tidak diajarkan di pondok pesantren. Sehingga ayahnya pernah berkata kepada adik Gus Madjid, “Madjid iku nggak kalah karo anak pondokan” (Madjid itu tidak kalah dengan anak pesantrenan).

Tak heran kalau pada akhirnya Beliau tumbuh sebagai pemuda yang sangat ‘alim dan wara’. Ibarat padi semakin tinggi ilmunya Beliau semakin tawadhu’ dan pendiam, sehingga siapapun tidak pernah menyangka kalau di balik pendiamannya tersimpan segudang ilmu pengetahuan dan sejuta keistimewaan. Tapi itulah keistimewaan Beliau Mbah Madjid yang tidak pernah menammpakan keistimewaannya, karomahnya kepada sesamanya.

Menikah

Ketika Agus Madjid sudah berumur 27 tahun dan hampir menguasai keseluruhan ilmu ayahnya, Beliau semakin nampak dewasa dan matang. Tidaklah aneh kalau banyak gadis yang mengidamkannya. Karena disamping Beliau dikenal sebagai putra kyai ampuh yang masyhur dan makbul doanya, Agus Madjid adalah sosok pemuda ‘alim berwajah "GANTENG" tampan nan rupawan bagai rembulan purnama.

Namun dari sekian gadis, putri-putri kyai yang mendambakan dipersunting oleh Agus Abdul Madjid, akhirnya yang menang adalah dara manis yang sedang beranjak remaja, bernama Ning Shofiyah yang kala itu berusia 16 tahun putri Mbah KH. Moh. Hamzah dengan Ibu Ummi Kulsum, buyut Mbah KH. Mansyur Ra pendiri Kota Tulung Agung yang mendapat tanah perdikan dari Sultan Hamengkubuwono II karena telah berhasil mengeringkan sumber Tulung Agung, dan kini menjadi alun-alun kota Tulung Agung.

Semula, oleh ibunya Agus Madjid dijodohkan dengan sepupunya sendiri yaitu “Ning  Zainab” putri Mbah KH. Abdul Karim Manaf Lirboyo (akhirnya Nyai Zainab dinikahi oleh santri Ponpes Lirboyo, yg bernama Gus Mahrus Ali (KH. Mahrus Ali Ponpes Lirboyo yg timur - berasal dari Cirebon Jabar yang kontras Sholawat Wahidiyah itu, karena ia merasa iri dan dengki serta ada sentimen pribadi. Red). Apalagi Agus Madjid saat ditawari akan dinikahkan dengan saudara sepupunya yang cantik jelita dan pinter itu hanya diam saja. Meski tidak mendapat jawaban yang pasti dari Agus Abdul Madjid, antara pihak Ponpes Kedunglo dan pihak Ponpes Lirboyo sepakat akan menikahkan keduanya.

Kemudian diselenggarakanlah upacara akad nikah putra dan putri kyai yang masih kerabat dekat dan yang sama-sama menantu Mbah KH. Sholeh Banjarmlati Kediri dan sama-2 pernah menjadi santri Mbah Kyai Kholil Bangkalan Madura ini dengan menyembelih lima ekor kambing.

Tetapi entah mengapa, ketika Pak Naib meng-akidi, calon pengantin putra hanya diam saja tidak menjawab. Berkali-kali Pak Naib mengucapkan ijab tetapi tidak mendapat jawaban qobul dari Agus Abdul Madjid. Maka mengertilah kedua orang tuanya termasuk calon mertuanya Mbah KH. Abdul Karim Manaf Lirboyo, kalau Gus Abdul Madjid tidak mau menikah dengan “Nyahi Zainab”, saudara sepupunya tersebut. 

Lepas dari perkawinan antara kerabat, Agus Abdul Madjid ditawari kembang dari Tawangsari, Tulung Agung yang sedang mekar-mekarnya oleh Yusuf santri ayahnya yang tak lain adalah paman si gadis. Agus Abdul Madjid setuju dan nontoni (melihat) si gadis yang sedang memetik beberapa kuntum Melati dari balik jendela di bawah menara Masjid Mangunsari Tulung Agung. Si gadis itu tak lain adalah Shofiyah putri ke-7 dari 12 bersaudara.

Pernikahan antara Mbah Kyai Abdul Madjid Ma'rof dengan Mbah Nyahi Shofiyah dikaruniai 14 orang anak.
 
Keempatbelas putra-putri itu adalah Ning Unsiyati (Almh), Ning Nurul Isma, Ning Khuriyah (Almh), Ning Tatik Farikhah, Agus Abdul Latief, Agus Abdul Hamid, Ning Fauziah (Almh), Ning Djauharatul Maknunah, Ning Istiqomah, Agus Moh. Hasyim Asy’ari (Alm), Ning Tutik Indyah, Agus Syafi’ Wahidi Sunaryo, Ning Khusnatun Nihayah dan Ning Zaidatun Inayah.

Kepribadiannya

Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef QS wa RA mempunyai kepribadian yang sangat mempesona. Menurut penuturan orang-orang yang hidup sezaman dengan Beliau (termasuk kesaksian penulis yg memposting kisah ini, red.), akhlak mulya Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA adalah bi akhlaqi Rasulillah SAW. 

Beliau berbadan sedang, dengan warna kulit putih bersih. Berhidung mancung agak tumpul dan berbibir bagus mempesona, agak lebar dengan garis bibir tidak jelas yang menunjukkan bahwa Beliau Qs wa Ra mempunyai tingkat kesabaran yang luar biasa. Matanya cekung dengan kelopak dan pelipis mata ke dalam bak gua, menunjukkan bahwa Beliau Qs wa Ra seorang yang mempunyai pemikiran yang tajam dan dalam. Di antara kedua matanya terdapat urat halus dan lurus sebagai pertanda Beliau Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra memiliki otak yang brilian. Tangannya halus dan lembut, selembut hatinya yang pemaaf. Kalau berjalan, Beliau melangkah dengan pelan tapi pasti dengan sorot mata mengarah ke bawah. Terkadang Beliau juga menoleh ke kiri dan kekanan untuk melihat situasi dan keadaan jamaahnya.

Mengenai jalannya Mbah Yahi Abdul Madjid Qs wa Ra ini, Kyai Zainuddin Pramu PW Kedunglo Kediri, menuturkan bahwa yang paling mendekati jalannya Mbah Yahi Abdul Madjid Ma'roef Qs wa Ra adalah Beliau Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA, misalnya ketika Beliau mios (berangkat) ke masjid untuk pengajian Al-Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad pagi.

Kalau bicara tenang dan santai disertai senyum, Beliau juga sering melontarkan kalimat-kalimat canda ria yang membuat Beliau dan tamunya tertawa. Beliau berbicara dengan jawami’ kalam. Artinya, kata-kata yang dituturkannya mengandung makna yang banyak, karena Beliau mempunyahi kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan ringkas dan padat. Beliau juga mampu memberikan makna yang banyak dalam satu ucapan yang dituturkannya. Beliau mengucapkan kata-kata dengan jelas, tidak lebih dan tidak kurang dari yang dikehendaki. Beliau memperhatikan sungguh-sungguh kepada orang yang berbicara dengannya (nguwongke, istilah jawanya).

Di samping itu Beliau dikenal sangat dermawan. Tak jarang tamunya yang sowan dan nampak tidak punya ongkos buat pulang, disangoni (diberi ongkos) oleh Mbah Yahi Madjid. Pernah Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra memberi uang belanja kepada seorang pengamal (sebutan untuk pengamal Shalawat Wahidiyah) yang tidak punya penghasilan. Ada pula seorang pengamal yang ingin tahu karamah Beliau, ketika si tamu pamit pulang Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra memberikan jubahnya kepada si tamu.

Beliau sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian badannya. Baju yang telah dipakainya sekali tidak dipakainya lagi. Karena tak heran kalau Beliau sering mencuci pakainnya sendiri bahkan juga menguras dan mengisi jeding-nya (bak mandi) sendiri. Dalam masalah ini Beliau pernah mengungkapkan rumah itu hendaknya suci seperti masjid dan bersih seperti rumah sakit. Bila marah, Beliau cuma diam. Hanya roman mukanya sedikit berubah. Kalau Beliau mau berbicara pertanda bahwa marahnya sudah hilang dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Perihal marahnya Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA ini, Mbah Nyahi Sofiyah sebagai orang terdekat yang telah menemani Beliau lebih dari 40 tahun menuturkan, “Kalau Beliau kurang berkenan kepada saya, atau ada kesalahan yang telah saya lakukan, tetapi saya kurang menyadarinya, Beliau hanya diam saja dengan roman muka sedikit berubah tidak seperti biasanya. Kalau Mbah Yahi Qs wa Ra sudah demikian, saya bingung dan sedih sekali. Begitu besarkah kesalahan saya di mata Beliau ? Kemudian satu persatu saya koreksi kesalahan apa yang telah saya lakukan sehingga Beliau tidak menegur saya. Semakin saya koreksi, saya merasakan terlalu banyak kesalahan yang telah saya perbuat sehingga saya tidak tahu di mana letak kesalahan saya sendiri. Namun itu tidak berlangsung lama, sebentar kemudian Beliau Qs wa Ra menegur saya dan selanjutnya seperti tak pernah terjadi apa-apa.” Demikian kenang Mbah Nyai Sofiyah.

Dari sini kita tahu kalau kehidupan rumah tangga Beliau jauh dari perselisihan dan tidak pernah terjadi pertengkaran. Kalaupun ada kesalahan yang telah dilakukan, masing-masing supaya "ROYOKAN SALAH" bukan royokkan bener dan harus  sibuk mengoreksi kesalahannya sendiri. Itulah Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra, yang sering berfatwa demikian dan agar para pengamal lebih sering nggrayahi githoke dewe (mengoreksi kesalahan sendiri), ketimbang mengurusi kesalahan orang lain, ternyata terlebih dahulu diterapkan pada keluarga Beliau Qs wa Ra sendiri. 

Kehidupan rumah tangga Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra dan Mbah Nyahi Ra adalah potret kehidupan rumah tangga harmonis, sejahtera  dan sangat bahagia bagaikan di Surga. Sebagai suami, Mbah Yahi Qs wa Ra adalah sosok suami yang romantis, amat setia, mencintai dan menyayangi istri sepenuh hati, sepenuh jiwa dan raga. Meski sebagai putra kyai, Mbah Yahi Madjid tidak segan-segan menghibur istrinya dengan mengajaknya menonton pasar malam, seraya menggandeng tangan Mbah Nyahi Sofiyah dengan mesranya. Bahkan Beliau Mbah Madjid  Qs wa Ra  juga pernah menggendong Mbah Nyahi apabila menjumpai jalan licin atau ada kubangan-kubangan di tengah jalan. “Kalau kami jalan berdua, Mbah Yahi  Madjid itu tidak pernah melepaskan tangan saya. Beliau selalu menggandeng tangan saya. Kemana-mana selalu kami lakukan berdua. Bahkan untuk mencari hutangan kalau kami tidak punya uang, kami mencari bersama-sama”, kenang yang dituturkan  Mbah Nyahi Shofiyah saat menceritakan kesetiaan, keharmonisan dan kemesraannya dengan  Mbah Yahi Abdul Madjid Qs wa Ra kepada penulis kisah dan petuah ini.

Dalam kehidupan sehari-hari Mbah Yahi Madjid QS wa RA, sebagaimana yang dikatakan Mbah Nyahi RAH, Beliau adalah manusia biasa seperti manusia lainnya. Beliau mencuci baju sendiri dan kerap kali mencucikan baju Mbah Nyahi atau baju putra-putrinya yang tertinggal di kamar mandi. Beliau selalu membantu Mbah Nyahi menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kalau Mbah Nyahi akan memasak sayur santan, Mbah Yahi yang memarut kelapanya dan Mbah Nyahi yang membuat bumbunya. Mbah Yahi Madjid juga membantu mengasuh putra-putrinya yang masih kecil-kecil. Memandikan, ndandani (berhias) bahkan menyuapi putra putinya.

Kalau persediaan padi hasil panen habis, pernah suatu ketika Mbah Yahi Madjid memanen sayuran kangkung yang Beliau tanam sendiri, lalu dijual ke pasar oleh Mbah Nyahi Sofiyah untuk dibelikan beras. Tak jarang Beliau sekeluarga hanya makan sayur kangkung saja. Dalam kehidupan rumah tangga Mbah Yahi Madjid dulu, tidak mempunyai apa-apa sama sekali sudah biasa. Dan kondisi semacam itu diterima dengan tabah, sabar, tawakkal  dan ikhlas oleh Mbah Nyahi Sofiyah. Melihat kondisi Mbah Yahi Madjid sekelurga yang sangat sederhana dan apa adanya tersebut, Pak Haji Alwan Bangil Pasuruhan merasa kasihan dan berkata matur kepada Mbah Yahi Abdul Madjid Qs wa Ra, “Mbah Kyai Ma’roef itu orangnya ampuh dan apa-apa yang Beliau inginkan, Mbah Kyai Ma’roef tinggal berdo’a memohon kepda Allah langsung diijabahi”.

Tapi apa tanggapan Mbah Yahi Madjid Qs wa Ra ? “Pak Haji Alwan, kalau bapak dulu dengan berdoa langsung diijabahi oleh Allah, sedangkan saya ndak usah berdoa, hanya krenteg (terbetik) dalam hati saja langsung diijabahi oleh Allah, tapi saya tidak mau lakukan”. Pernyataan Mbah Yahi Madjid QS wa RA di atas mengingatkan kita kepada Rasulullah SAW, saat Malaikat Jibril merasa sangat prihatin menyaksikan kehidupan keseharian Rasulullah SAW sebagai makhluk utama dan terkasih di sisi Allah SWT yang hidupnya sangat sederhana, sehignga Malaikat Jibril menawarkan Rasulullah SAW hendak mengubah gunung menjadi emas, tapi Beliau Rosululloh SAW mboten kerso (tidah mau).

“Biarlah saya begini, sehari lapar sehari kenyang. Ketika aku lapar, aku bisa mengingat Tuhanku dan menjadi orang yang sabar. Dan ketika aku kenyang, aku bisa bersyukur memuji Tuhanku menjdi hamba Allah yang benar-2 bersyukur”, 
itulah jawaban seorang manusia termulia di muka bumi ini beliau Rosululloh SAW,  yang diwarisi oleh pribadi yang mulya Mbah Yahi Abdul Madjid Ma'roef Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra. Al-Ghouts Fii Zamanihi.

Mbah Yahi Madjid QS wa RA saat awal menyusun Shalawat Wahidiyah, senantiasa prihatin. Beliau prihatin karena urusan-urusan penting yang sedang di hadapinya. Keprihatinan Beliau Mbah Yahi Madjid bukanlah berkaitan dengan masalah khusus mengenai diri pribadinya, melainkan yang berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan ummat masyarakat jami’al ‘alamin. Hal lain mengenai Beliau Qs wa Ra adalah setiap orang yang memandangnya akan merasakan kesejukan yang merasuk ke dalam hati sanubarinya. Dan siapa pun yang Beliau Mbah Yahi Abdul Madjid Ma'ruf Qs wa Ra pandang (nadhroh) hatinya pasti bergetar kearah kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.

Shalawat Wahidiyah

Sebelum mentaklif Shalawat Wahidiyah, Beliau adalah seorang aktifis NU. Ketika usia remaja, Beliau aktif di Kepanduan (sekarang Pramuka) milik NU. Beliau juga gemar berolah raga khususnya "sepak bola". Jadi meskipun Beliau terlihat sangat pendiam dan nampak kurang pergaulan, tetapi kenyataannya Beliau adalah seorang yang luwes dalam pergaulan. Keaktifannya di NU terus berlanjut meski Beliau sudah menikah. Beliau pernah menjabat sebagai pimpinan Syuriah NU kec. Mojoroto dan Syuriah NU cabang Kodya Kediri. Namun setelah Beliau diberikan amanah dan tugas khusus oleh beliau Rasulullah SAW untuk menyampaikan Shalawat Wahidiyah dan ajarannya (1963) ke pada umat masyarakat, Beliau tidak aktif lagi di organisasi NU.

Pada tahun 1964, Mbah Yahi Abdul Madjid Ma'ruf Qs wa Ra menyelenggarakan resepsi ulang tahun Shalawat Wahidiyah pertama sekaligus khitanan Agus Abdul Hamid dan selapan harinya Ning Tutik Indiyah dengan mengundang Pembesar Ulama dari berbagai daerah Jawa Timur, di samping keluarga dan kaum muslimin lainnya. Hadir sebagai tamu kehormatan, antara lain: KH. Abdul Wahab Hasbullah, Rois ‘Am NU dan Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambah Beras, Jombang; KH. Machrus Ali, Syuriah NU Wilayah Jatim dan Pengasuh Ponpes Lirboyo, Kediri; KH. Abdul Karim Hasyim (Putra Pendiri NU) Pengasuh Pesantren Tebu Ireng, Jombang; dan KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) Putra pendiri Ponpes Al Falah, Ploso, Mojo, Kediri. Kesempatan baik tersebut dipakai oleh Mbah Yahi Madjid untuk menyiarkan Shalawat Wahidiyah kepda segenap hadirin.

“Nuwun sewu hadirin hadirot, kula gadah amalan Shalawat Wahidiyah. Punapa Panjenengan kersa kula ijazahi ?” (Mohon maaf, saya mempunyai amalan Shalawat Wahidiyah. Apakah Hadirin bersedia saya beri ijazah ?), tutur Mbah Yahi Madjid dalam sambutannya. Spontan yang hadir menjawab “kerso” (bersedia). Di antara hadirin, ada yang berdiri dan ada yang setengah berdiri, seakan terpanggil dan tergugah dalam hatinya. Saat itu pula KH. Wahab Hasbullah spontan berdiri sambil mengacungkan tangannya dibarengi ucapan yang lantang: “Qobiltu awwalan. Qobiltu awwalan.” (Saya yang menerima pertama).

Sementara itu KH. Wahab Hasbullah dalam sambutannya, antara lain mengatakan, “Hadirin.. ilmunya Gus Madjid dalam sekali, ibaratnya sumur begitu, sedalam sepuluh meter. Sedang saya hanya memiliki ukuran satu koma dua meter saja. Sholawatnya Gus Madjid ini akan saya amalkan..”.

Setelah itu Mbah Yahi semkin giat dalam menyiarkan Shalawat Wahidiyah. Karena itulah Beliau mulai dijahui oleh kawan-kawannya di syuriah, karena ada beberapa yang merasa takut, kalau-kalau Shalawat Wahidiyah akan jadi saingan berat NU. Maka ketika beberapa ulama utusan Partai NU cabang Kediri bersama-sama silaturrahim kepada Beliau Mbah Madjid mohon penjelasan tentang Shalawat Wahidiyah, Beliau pun menjelaskannya dengan jawaban yang singkat dan tepat. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan di antaranya, “Sholawat Wahidiyah itu prinsipnya apa ? Dasar apa dan menurut qoul yang mana ?”

Dengan tegas, Beliau menjawab, “Sholawat Wahidiyah itu susunan saya sendiri”. Para tamu, kembali bertanya, “Apa benar, Kyai mengatakan kalau orang membaca Sholawat Wahidiyah itu sama dengan ibadah satu tahun ?”.

“Oh.. bukan begitu. Saya hanya mendapat alamat ghoib (pengalaman sepiritual/rohani), kalau membaca sholawat Allahumma kamaa anta ahluh… 1 kali saja itu nilainya sama dengan ibadah setahun. Begitu itu, ya tidak saya jadikan hukum. Ada lagi keterangan lain, orang membaca Sholawat Badawi sekali sama saja dengan khatam dalail sepuluh kali”, jawab Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA dengan tegas dan berani. Para tamu masih terus penasaran dan bertanya, “Apa benar Kyai, kalau tidak mengamalkan Shlawat Wahidiyah itu tidak bisa ma’rifat ? Itu kan namanya menjelek-jelekan thoriqoh. Menafikan thoriqoh ?” “Bukan begitu. Masalah jalannya ma’rifat kepada Alloh itu banyak”, jawab Mbah Yahi. Mendengar jawaban Mbah Yahi Madjid yang tegas dan lugas tersebut, kemudian para tamu tidak bertanya kembali.

Suatu ketika Mbah Yahi Madjid Mualif Sholawat Wahidiyah memberikan penjelasan mengenai Sholawat Wahidiyah di dukuh Mayam Desa Kranding, Kec. Mojo, Kab. Kediri, di hadapan para kyai se-kecamatan Mojo Selatan, di antara yang hadir adalah Almaghfurllah KH. M. Djazuli Pengasuh Ponpes Al Falah Ploso, dalam khutbah iftitah-nya Beliau Mbah Yahi Madjid Muallif Sholawat Wahidiyah mengucapkan: “Alhamdulillaahi aataanaa bilwahidiyyati bi fadhli robbinaa..”

Sebelum Wahidiyah disiarkan secara umum, Mbah Yahi Abdul Madjid Ma'ruf Qs wa Ra mengirimkan Shalawat Wahidiyah yang ditulis tangan oleh K. Muhaimin (Alm) santri Kedunglo kepada para ulma Kediri dan sekitarnya disertai surat pengantar yang Beliau Mbah Yahi Madjid tandatangani sendiri. Sejauh itu tak satupun di antara para kyai yang dikirimi shalawat tsb, mempermasalahkan Shalawat Wahidiyah.

“Semua doa sholawat itu baik”. Begitu komentar para kyai waktu itu.
Walaupun pada akhirnya muncul beberapa kyai atau ustadz yang kurang sependapat terhadap adanya (lahirnya) Shalawat Wahidiyah, namun oleh Mbah Yahi Madjid justru mereka yang tidak atau kurang sependapat dengan adanya Shalawat Wahidiyah dipandang sebagai kawan seperjuangan. Sebab dengan adanya mereka yang tidak sependapat dengan Shalawat Wahidiyah dan ajarannya mendorong pengamal jadi lebih giat dan bersemangat dalam bermujahadah dan sesungguhnya mereka yang tidak sependapat itu turut menyiarkan Wahidiyah dengan cara dan gaya mereka sendiri-sendiri. Karena dengan adanya silang pendapat atau salah faham tersebut, orang yang tadinya belum tahu Shalawat Wahidiyah menjadi tahu. Dalam satu sisi mereka yang kontras besar jasanya ikut andil dalam Perjuangan Fafirruu Ilallah wa Rasuulihi SAW. 

Begitu mulia akhlaq Hadratul Mukarram Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA, Al-Ghouts Fii Zamanihi yang harus kita tauladani ...Amiin  ! -  Al Faathihah….- Mujahadah  !

Ghoutsu Zamanihi

DAWUH MBAH YAHI ABDUL MADJID QS WA RA YANG AMAT TERKENAL : "AL-GHOUTS ITU IBARAT SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

Menurut penjelasan Kyai Baidhowi, Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA diangkat menjadi “Ghouts” oleh Allah SWT sebelum Beliau dipercaya oleh Rasulullah SAW mentaklif Sholawat Wahidiyah, jadi antara tahun 1959 – 1963. Mbah Yahi QS wa RA sendiri pada pertengahan tahun 1961 sering dawuh menganjurkan kepada penderek (pengikut) dekatnya agar mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman.

“Monggo sami madosi Ghoutsu Hadzaz Zaman, manggene wonten pundi?” (mari bersama-sama mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman, keberadaannya di mana?)
Mendengar dawuh Mbah Yahi seperti itu, Mbah KH. Mubasyir Mundir (Alm) salah seorang yang dekat dengan Mbah Yahi, yang sudah masyhur kewaliannya di Jawa Timur berangkat ke Ponpes Tebu Ireng-Jombang yang diasuh oleh KH. Abdul Karim Hasyim (cucu Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ary RA) bermaksud riyadhah mencari “Ghoutsu Zaman”. Rencananya Mbah Mundir (panggilan akrab KH. Mubasyir Mundir)akan riyadhah dengan puasa mutih selama 40 hari. Namun baru seminggu, beliau sudah menerima alamat (isyarah bathiniyah) bahwa: KH. Abdul Madjid Ma’roef adalah “Quthbul Aqthob Hadzaz Zaman”. Akhirnya rencana riyadhoh selama 40 hari beliau batalkan. Selanjutnya Mbah Mundir kembali ke Kedunglo. Sesampainya di Kedunglo dan berjumpa denagn Mbah Yahi QS wa RA, tanpa berkata sepatah kata pun, Mbah Mundir langsung tersungkur di hadapan Mbah Yahi.

“Gus, mbok ya sampun ngoten, biasa-biasa kemawon” (Gus, tidak usah seperti itu, yang wajar-wajar saja), tutur Mbah Yahi.

Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.

Bersamaan itu, masih menurut Kyai Baidlowi, keponakan Mbah mundir, Agus Muhaimin Abdul Qodir dalam kondisi terjaga dihadiri Nabiyullah Khidir AS, yang intinya menyampaikan bahwa Beliau Mualif Shalawat Wahidiyah adalah Qathbul Aqthob. Kyai Agus Muhaimin kurang percaya, seraya bertanya: “Masih banyak ulama yang ‘allamah, kenapa kok Pak Kyai Abdul Madjid yang menduduki jabatan Shulthonul Auliyaa?” Nabi Khidzir menjawab, “Tidak ada pilihan lain ‘indallah selain dia”. Setelah jawaban itu, nabi Khidzir pun menghilang.

KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) yang kondang kewaliannya, mengakui kalau Muallif Shalawat Wahidiyah adalah “Shulthonul Auliyaa” seperti yang disampaikannya saat beliau memberi kata sambutan dalam acara khitanan dan ulang tahun pertama Shalawat Wahidiyah. Di antara sambutannya, “Para hadirin, siapakah sebenarnya Agus Abdul Madjid itu?” Karena tak satu pun dari yang hadir menjawab, maka beliau meneruskan sambutannya, “Beliau adalah Roisul ‘Arifin. Hadirin, seumpama Panjenenganipun Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani masih hidup, saya yakin akan juga ikut mengamalkan shalawat Agus Abdul Madjid ini”.

Di sisi lain, setelah KH. Djazuli Utsman, ayahanda Gus Mik juga dengan sungguh-sungguh mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Konon katanya, setiap melaksanakan shalat fardhu dan mengamalkan Shalawat Wahidiyah, Mbah Yahi Madjid QS wa RA nampak di hadapannya. Kejadian tersebut terus berlangsung hingga tujuh hari. Sementara itu Ibu Nyai Djazuli mengungkapkan, ketika membaca Shalawat Wahidiyah mendengar suara ghaib yang menyatakan dengan jelas bahwa Kyai Abdul Madjid adalah Ghautsu Hadzaz Zaman, berulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian pengalaman bathin tersebut disampaikan kepada Kyai Djazuli Ustman, beliau juga menceritakan pengalaman yang sama. Akhirnya beliau berdua memutuskan sowan ke Kedunglo.

Keesokan harinya, sekitar jam tujuh pagi Kyai Djazuli Ustman beserta Ibu Nyai bersiap hendak pergi ke Kedunglo dengan membawa sekarung beras dan rencananya akan mengendarai dokar. Tetapi belum sampai berangkat, Mbah Yahi beserta Mbah Mundir dan Bapak Abdul Jalil Jaserman telah tiba lebih dulu di Ponpes Ploso (tempat tinggal Kyai Djazuli Ustman).

Selasa Kelabu di Bulan Rajab

“Romo Yahi  Abdul Madjid Ma'ruf  Qs wa ra kurang sehat….” “Romo Yahi lagi gerah…” 

BERSAMBUNG.........!!!.

BOGOR, 09 PEBRUARI 2015

DIPOSTING OLEH AHMAD DIMYATHI, S. Ag.

Sabtu, 03 Oktober 2020

Belajar dari Rumah melalui Tayangan Televisi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) tengah menyiapkan episode lanjutan untuk penayangan program Belajar dari Rumah (BDR) di Tahun Ajaran Baru di TVRI sebagai alternatif kegiatan pembelajaran selama masa pandemi Covid-19.

Kemendikbud tengah merancang penyederhanaan kurikulum yang sesuai dengan konteks Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) agar berjalan lebih efektif di tahun ajaran baru 2020/2021.
Sehingga, tayangan dalam program BDR tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi lebih menekankan pada kompetensi literasi, numerasi dan karakter.
Salah satu bentuk belajar dari rumah bagi siswa adalah tayangan televisi. Siswa dapat menonton televisi sambil beraktivitas belajar lewat televisi. Siswa memilih jadwal tayangan yang sesuai dengan kelasnya.
Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam melakukan kegiatan menonton televisi terutama untuk selalu mendampingi anaknya dalam mengikuti kegiatan yang ada di televisi. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua siswa sangat menentukan dalam kegiatan pembelajaran dari rumah dengan cara menonton tayangan televisi.

Belajar dari Rumah

Belajar dari Rumah
MATERI BELAJAR DARI RUMAH TINGKAT SD
Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) melalui Surat Edaran Sekjend Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 :
Belajar dari Rumah selama darurat penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol penanganan COVID-19; 

dan
Belajar dari Rumah melalui pembelajaran jarak jauh daring dan/atau luring dilaksanakan sesuai dengan pedoman penyelenggaraan Belajar dari Rumah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Edaran.

pembelajaran jarak jauh

MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_

 _*MENYIBAK MAKNA MUSYAHADAH DAN MUKASYAFAH DALAM ILMU TASAWUF*_ Assalamualaikum warahmatullahi wa Baroqatuh. Saudaraku...sebenarnya antara ...